Renungan malam
Konsep jihad menurut al-Ghazali -dan ini tepat sekali- yaitu bukan upaya mempertahankan bangsa, negeri dan harta benda -walaupun hal tersebut merupakan bagian dari manfaat dan faedahnya- melainkan adalah sarana untuk mengusung misi al-Amr bil Ma'ruf wan Nahy 'an al-Munkar yg merupakan sebab hakiki dilahirkannya umat Muslim ke alam dunia.
Untuk itu, selama masyarakat Muslim pd masa al-Ghazali (keadaanya hampir sama dgn dewasa ini, coba perhatikan sendiri) tdk lagi aktif mengusung misi ini dan membiarkan kemungkaran merajalela bahkan sudah menganggapnya sebagai suatu hal yg biasa, sementara mereka dipimpin oleh pemimpin yg tdk peduli dgn urusan kaum Muslimin.
Sebagai contoh kasus, seorang khalifah yg menganggap kehilangan burung merpati Balqa' lbh penting daripada kehilangan tanah suci dan negeri-negeri Islam, juga lebih penting pemandangan mengerikan dari karung-karung yg penuh dgn tulang belulang, kepala dan rambut yg terpotong-potong oleh pedang tentara Salib, sedangkan masyarakat umumnya lebih mementingkan pakaian, makanan dan pernikahan sprti dinyatakan oleh sejarawan Abu Syamah.
Dalam kondisi sprti ini, bentuk seruan apapun yg diteriakkan untuk mengajak jihad militer tdk akan efektif kecuali jika didahului oleh jihad Nafsi (jihad diri dan jiwa manusia) yg akan merombak apa yg ada pada diri mereka sehingga mereka meyakini arti pengorbanan jiwa dan harta di jalan Allah.
Lihat buku, Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib; Refleksi 50 Tahun Gerakan Dakwah Para Ulama untuk Membangkitkan Umat dan Merebut Palestina, hlm. 122.
Dan spy bisa dipahami dgn lebih baik baca buku tsb hingga usai terkait apa yg seharusnya kita lakukan saat ini. Menyikapi berbagai macam pergerakan Islam saat ini dgn baik, benar (haqq) dan bijak.
Belajar dari masa kelam umat Islam, dimana para ulama dengan dakwah lah yg kelak membangkitkan umat Muslim. Imam Abu Hamid al-Ghazali, berserta koleganya al-Kiya al-Hirasi, keduanya adl murid Imam al-Juwaini al-Haramaini dan ulama-ulama lainnya pd waktu itu ikhlas menyiapkan diri dan jiwa Muslim yg baik, masyarakat Muslim yg ideal. Semua itulah yg menjadikan kemenangan umat Islam, refleksi penting dakwah ulama Islam kala itu.
Nasrun minAllahi wa Fathun Qarîb. Allahu al-Musta'ān.
Komentar
Posting Komentar